Senin, 27 Mei 2019

Si Bia dan Lici


Alhamdulillah, kite masih berjumpa lagi di bulan suci Ramadhan ini. hm.. dah berapa bulan ya Ishma hiatus? It's so long hiatus  hehee >_< kali ini, Ishma mau dongengin kalian nih. tertarik nggak? yuk, cepet-cepet klik aje!


Si Bia dan Lici

            Di sebuah hutan yang rindang, hiduplah keluarga kelinci. Mereka terdiri dari yah, ibu, dan seekor anak kelici. Mereka hidup berkecupan. Bajkan, berlimpah ruah hartanya. Namun, keluarga kelinci tidaklah sombong. Tak jarang, mereka berbagi-bagi makanan untuk seluruh warga hutan. Ibu kelinci adalah koki kelici yang hebat. Warga hutan sangat menyukai masakan ibu kelinci. Biasanya, saat musim paceklik tiba, mereka mengadakan pesta makanan di rumah.
            Seperti biasanya, musim paceklik tiba. Ketipisan persedian makanan meraja lela. Tapi tidak untuk warga hutan yang tinggal bersama keluarga Lici. Mereka masih dapat m,enikmati makanan. Meski begitu, mereka tetap berhemat makanan. Keluarga Kemabali mengundang warga hutan. Kali ini, warga hutan turut diundang. Padahal biasanya, mereka tidak diundang.
            Sayangnya, warga buaya tidaklah diundang. Keluarga kelinci takut dimangsa oleh buaya yang rakus. Sehingga, seluruh warga buaya tanpa tersisa. Hanya da satu-satunya yang tersusa. Dialah seekor anak buaya yang sangatlah kecil. Mungkin, umurnya seumuran dengan si Lici, anak tunggal keluarha kelinci.
            Saking asyiknya pesta digelar, ayah dan ibu tak tersadar. Si Lici telah berhasil kabur dari rumahy. Lici membawa banyak makanan dan minuman. Ia mengendap-ngendap menuju sebuah danau. Dilihatnya, ada seekor buaya kecil sendirian. Wajahnya sembab. Lici merasa iba dan segera menghampirinya.
            “Hai, buaya! Sendirian?”
            “M… Hello! Iya, semua buaya mati kelaparan.’ Sahutnya sendu.
            “Apa??? Kasihan sekalii apa kamu makanan ini? Aku bawa 3 mangkuk. Ini buatan ibuku sendiri lho!”
            “Resep baru ya? Thanks banget. Ini namnya apa?”
            Mereka memakan bareng makanan itu. Lici menjelaskan sebuah makanan baru iyu. Namanya ialah Kue Angin Kukus. Kue favorit Lici. Kue itu ide dari ibunya sendiri. Sedangkan minumannya bernama Gabriella Abrillleala. Si buaya sangat sulit mengeja nama itu. Bahasa itu berasal dari Bahasa kuno kelinci. Artinya anggur yang segar.
            Buaya merasa sangat bahagia. Ia sudah lama sekali tidakmakan. Musim paceklik tahun ini berlangsung lebih lama dari biasanya. Sebenarnya, si buaya benar-benar heran. Ada seekor kelinci yang baik hati kepada buaya. Itu adalah hal anrh. Bagaimana tidak? Buaya adalah pemangsa kelinci yang dikenal sangat kejam. Kelinci ini berbeda dari yang lainnya.
            “Omong-omong, aq Lici kamu siapa?,” Tanya Lici memecah keheningan.
            “Aku Bia, kau tak takut?,” balas Bia.
            “Takut? Untuk pa? kita semua sama saja bukan?”
            Bia menjelaskan. Buaya dan kelinci itu bermusuhan. Buaya memangsa kelinci. Nenek moyang mereka turun menurun bermusuhan. Tidak ada kelinci yang berani mendekati buaya. Seluruh hutan juga taka da yang berani. Si Bia juga mengutarakan keheranannya. Keheranan tentang kebaikan Lici padanya.
            “Musuh bukan berarti menjadi penghalang untuk saling berbuat baik kan? Kita boleh berteman dengan siapa saja. Tak peduli dengan apa yang dilakukan nenek moyang kita,” jelas Lici.
            Si Bia mendecak kagum. Selain baik, Lici ternyata juga bisa bijaksana. Dia tidak peduli bila sejarah mengatakan mereka bermusuhan. Diam-diam si Bia menyetujui juga anggapan Lici itu. Bukankah jika ada kemauan pasti segalanya akan terjadi? Ingin rasanya memiliki teman seperti si Lici. Perlahan-lahan Bia mengutarakan keinginannya tersebut.
            “Berteman? Kenapa tidak bersahaabat saja? Aku kesepian. Semua warga hutan taka da yang mau bermain bersamaku,” kata Lici. “M.. dengan bersahabat, kita bias bermain dan bertemu setiap hari, bukan?”
            “Iya, aku juga kesepian sich disini. Terima kasih kau sudah mau menjadi sahabatku!!,”
            Lici tersenyum bahagia. Semenjak itu, Lici dan Bia bersahabat. Bersahabat memang tak pandang bulu. Walaupun dulu, keluarga mereka bermusuhan, mereka dapat membalikkan keadaan. So, friends jangan pilih-pilih jika berteman. Bertemanlah dengan siapa saja!
The End. Semoga kalian suka dan dapat mengambil hikmahnya, friends! salam hangat dari Ishma yang manis bye!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar