Alhamdulillah, kite masih berjumpa lagi di bulan suci Ramadhan ini. hm.. dah berapa bulan ya Ishma hiatus? It's so long hiatus hehee >_< kali ini, Ishma mau dongengin kalian nih. tertarik nggak? yuk, cepet-cepet klik aje!
Si Bia dan Lici
Di sebuah hutan yang rindang,
hiduplah keluarga kelinci. Mereka terdiri dari yah, ibu, dan seekor anak
kelici. Mereka hidup berkecupan. Bajkan, berlimpah ruah hartanya. Namun,
keluarga kelinci tidaklah sombong. Tak jarang, mereka berbagi-bagi makanan
untuk seluruh warga hutan. Ibu kelinci adalah koki kelici yang hebat. Warga
hutan sangat menyukai masakan ibu kelinci. Biasanya, saat musim paceklik tiba,
mereka mengadakan pesta makanan di rumah.
Seperti biasanya, musim paceklik
tiba. Ketipisan persedian makanan meraja lela. Tapi tidak untuk warga hutan
yang tinggal bersama keluarga Lici. Mereka masih dapat m,enikmati makanan.
Meski begitu, mereka tetap berhemat makanan. Keluarga Kemabali mengundang warga
hutan. Kali ini, warga hutan turut diundang. Padahal biasanya, mereka tidak
diundang.
Sayangnya, warga buaya tidaklah
diundang. Keluarga kelinci takut dimangsa oleh buaya yang rakus. Sehingga,
seluruh warga buaya tanpa tersisa. Hanya da satu-satunya yang tersusa. Dialah
seekor anak buaya yang sangatlah kecil. Mungkin, umurnya seumuran dengan si
Lici, anak tunggal keluarha kelinci.
Saking asyiknya pesta digelar, ayah
dan ibu tak tersadar. Si Lici telah berhasil kabur dari rumahy. Lici membawa
banyak makanan dan minuman. Ia mengendap-ngendap menuju sebuah danau.
Dilihatnya, ada seekor buaya kecil sendirian. Wajahnya sembab. Lici merasa iba
dan segera menghampirinya.
“Hai, buaya! Sendirian?”
“M… Hello! Iya, semua buaya mati
kelaparan.’ Sahutnya sendu.
“Apa??? Kasihan sekalii apa kamu
makanan ini? Aku bawa 3 mangkuk. Ini buatan ibuku sendiri lho!”
“Resep baru ya? Thanks banget. Ini
namnya apa?”
Mereka memakan bareng makanan itu.
Lici menjelaskan sebuah makanan baru iyu. Namanya ialah Kue Angin Kukus. Kue
favorit Lici. Kue itu ide dari ibunya sendiri. Sedangkan minumannya bernama
Gabriella Abrillleala. Si buaya sangat sulit mengeja nama itu. Bahasa itu
berasal dari Bahasa kuno kelinci. Artinya anggur yang segar.
Buaya merasa sangat bahagia. Ia
sudah lama sekali tidakmakan. Musim paceklik tahun ini berlangsung lebih lama
dari biasanya. Sebenarnya, si buaya benar-benar heran. Ada seekor kelinci yang
baik hati kepada buaya. Itu adalah hal anrh. Bagaimana tidak? Buaya adalah
pemangsa kelinci yang dikenal sangat kejam. Kelinci ini berbeda dari yang lainnya.
“Omong-omong, aq Lici kamu siapa?,”
Tanya Lici memecah keheningan.
“Aku Bia, kau tak takut?,” balas
Bia.
“Takut? Untuk pa? kita semua sama
saja bukan?”
Bia menjelaskan. Buaya dan kelinci
itu bermusuhan. Buaya memangsa kelinci. Nenek moyang mereka turun menurun
bermusuhan. Tidak ada kelinci yang berani mendekati buaya. Seluruh hutan juga
taka da yang berani. Si Bia juga mengutarakan keheranannya. Keheranan tentang
kebaikan Lici padanya.
“Musuh bukan berarti menjadi
penghalang untuk saling berbuat baik kan? Kita boleh berteman dengan siapa
saja. Tak peduli dengan apa yang dilakukan nenek moyang kita,” jelas Lici.
Si Bia mendecak kagum. Selain baik,
Lici ternyata juga bisa bijaksana. Dia tidak peduli bila sejarah mengatakan
mereka bermusuhan. Diam-diam si Bia menyetujui juga anggapan Lici itu. Bukankah
jika ada kemauan pasti segalanya akan terjadi? Ingin rasanya memiliki teman
seperti si Lici. Perlahan-lahan Bia mengutarakan keinginannya tersebut.
“Berteman? Kenapa tidak bersahaabat
saja? Aku kesepian. Semua warga hutan taka da yang mau bermain bersamaku,” kata
Lici. “M.. dengan bersahabat, kita bias bermain dan bertemu setiap hari,
bukan?”
“Iya, aku juga kesepian sich disini.
Terima kasih kau sudah mau menjadi sahabatku!!,”
Lici tersenyum bahagia. Semenjak
itu, Lici dan Bia bersahabat. Bersahabat memang tak pandang bulu. Walaupun
dulu, keluarga mereka bermusuhan, mereka dapat membalikkan keadaan. So, friends
jangan pilih-pilih jika berteman. Bertemanlah dengan siapa saja!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar